Indah dan lani berjalan berdua di sebuah kompleks pertokoan.
"Di toko ini barangnya bagus-bagus," ujar Indah di depan sebuah toko. "Kita masuk yuk," ujar Lani. Maka keduanya masuk ke toko itu.
"Lihat jaket itu!" kata Lani dan Indah bersamaan. Keduanya berpandangan, heran karena menyukai barang yang sama.
"Memang bagus ya," komentar Lani. Indah mengangguk mengiyakan. Jaket itu memang cantik. Bergambar Mickey Mouse, dipermanis sebuah tudung. Hanya ada dua buah, merah dan biru.
"Aku ingin beli deh!" ujar Lani dengan mata berbinar.
Indah juga ingin membelinya. Tapi ketika melirik harganya, dia kecewa. Jaket itu terlalu mahal untuknya.
"Bagaimana kalau kita beli saja? Jadi nanti kita bisa kembaran?" kata Lani bersemangat.
"Kamu saja yang beli. Jaket ini pasti sangat manis kalau kamu pakai," Indah menolak dengan halus.
"Aku enggak beli sekarang. Aku enggak bawa banyak uang," ujar Lani. "Kapan-kapan saja kita kesini dan membelinya. Siapa tahu kamu punya uang dan bisa membelinya juga."
Indah tertawa. Rasanya tak mungkin ia membelinya. Keduanya meninggalkan toko itu dan melanjutkan jalan-jalan ke toko-toko yang lain.
Dua minggu kemudian, Indah berjalan-jalan dengan tante Vina. Tantenya ingin membelikannya seseuatu. Tante Vina baru menerima gaji pertamanya. Tanpa sengaja mereka masuk ke toko yang menjual jaket yang dikagumi Indah dan Lani. Betapa kaget Indah, jaket itu tinggal sebuah. Yang warna biru. Ketika Indah menanyakannya pada pramuniaga, "Oh, jaket yang merah sudah dibeli," jelas pramuniaga itu.
"Tante Vina, Indah beli jaket ini saja, ya," ujar Indah.
Tante Vina mengerutkan kening. "Lo, katanya kamu ingin beli sepatu?"
"Beli jaket saja, ya, tante?" jawab Indah sambil tersenyum. "Indah kan masih punya dua sepatu yang masih bagus-bagus."
Tante Vina tertawa, "Kamu memang suka bikin kejutan!"
Mata Indah berbinar-binar saat mencoba jaket itu. Memang sangat manis. Tante Vina lalu membayar jaket itu.
Esoknya, Lani meminta Indah untuk tidak langsung pulang saat pulang sekolah. ketika hanya tinggal mereka berdua, Lani mengeluarkan sebuah bungkusan. Sebuah kado.
"Indah, selamat ulang tahun, ya," katanya menjabat tangan Indah.
Indah terkejut. Ia baru ingat kalau besok adalah hari ulang tahunnya. Bahkan ketika jalan-jalan dengan tante Vina ia tak ingat. Melihat Indah kelihatan bingung, Lani melanjutkan, "Maaf terlalu cepat sehari. Soalnya nanti sore aku mau menginap di rumah nenek dan baru pulang Minggu sore. Jadi besok aku tak bisa ke rumahmu."
Indah tertawa dan menerima kado itu. "Tahu enggak, aku juga punya sesuatu untukmu," kata Indah sambil mengambi sesuatu dalam tasnya.
"Untukku?" cetus Lani. "Tapi aku kan enggak ulang tahun!"
"Memang enggak. Tapi tiba-tiba saja aku ingin memberikan sesuatu."
"Terima kasih," kata Lani, menerima kado dari Indah.
"Terima kasih juga untuk hadiahmu," balas Indah.
"Kadoku itu dibuka sekarang, ya," pinta Lani.
"Ok," ujar Indah sembari membuka bungkus kado. Ia terkejut ketika melihat isinya. "Kamu sangat suka jaket ini...tapi kenapa kamu membelikannya untukku?" tanya Indah terharu. "Kamu bahkan tidak beli untuk dirimu sendiri..."
Lani senang melihat Indah menyukai hadiahnya. Tapi kemudian ia agak bingung. "Kok kamu tahu aku tidak beli untuk diriku sediri?"
"Eh, hadiah dariku juga dibuka sekarang, dong!" pinta Indah, tidak menjawab pertanyaan Lani.
Sama seperti Indah, Lani pun terkejut ketika melihat hadiahnya. "Wow!" komentarnya.
Ternyata mereka saling memberikan hadiah yang sama. Jaket yang mereka lihat bersama dan sama-sama mereka sukai. Indah memberikan Lani jaket biru, sedangkan Lani memberikan jaket Indah yang berwarna merah.
"Waktu itu jaketnya tinggal satu. Kupikir kau akan kecewa kalau ke sana dan ternyata jaket itu sudah dibeli orang lain," ujar Indah.
Mereka berpandangan dan tersenyum. Sekali lagi menyadari kalau persahabatan mereka benar-benar indah.
"Akhirnya kita memang kembaran," kata keduanya bersamaan.
Maka mereka mengenakan jaket itu ketika pulang. Mereka serasa terbang ketika mengayuh sepeda dengan gembira.
Dikutip dari : Kumpulan Cerpen Bobo
Dikutip dari : Kumpulan Cerpen Bobo