Author : Safira Alhana a.k.a Park Chan Ra / Cia Park @hanna_ryeong9
Cast :
- Kim Myung Soo (L Infinite)
- Jung Soo Yeon (OC)
- Jung Jin Young (Jinyoung B1A4)
- Kim Se Ra (OC)
- Jung Yunho (Yunho TVXQ)
- Jung Yonghwa (CN BLUE)
- Other cast..
Genre : Drama, sad, romance
Rating : T
Length : Chapter
Disclaimer : Fanfic ini 100% original karya Safira Alhana Zubairy. Plot, ide cerita, semuanya 100% hasil ekskresi (?) otak pentium saya.
Cast :
- Kim Myung Soo (L Infinite)
- Jung Soo Yeon (OC)
- Jung Jin Young (Jinyoung B1A4)
- Kim Se Ra (OC)
- Jung Yunho (Yunho TVXQ)
- Jung Yonghwa (CN BLUE)
- Other cast..
Genre : Drama, sad, romance
Rating : T
Length : Chapter
Disclaimer : Fanfic ini 100% original karya Safira Alhana Zubairy. Plot, ide cerita, semuanya 100% hasil ekskresi (?) otak pentium saya.
Rekomendasi Lagu :
Jung Yonghwa - 그리워서... (OST. Heartstrings)
Huh Gak - Hello
As One - White Love Story (OST. Coffee Prince)
INFINITE - Only Tears
CN Blue - Still in Love
Dan lagu-lagu galau lainnya...
Jung Yonghwa - 그리워서... (OST. Heartstrings)
Huh Gak - Hello
As One - White Love Story (OST. Coffee Prince)
INFINITE - Only Tears
CN Blue - Still in Love
Dan lagu-lagu galau lainnya...
DON'T FORGET TO LEAVE YOUR COMMENT!!
Author POV
Semua orang yang duduk mengelilingi meja makan di ruangan itu sama sekali tidak merasakan aura aneh yang terpancar dari Sooyeon dan Myungsoo. Obrolan dan canda tawa terus bergulir, semua orang tampak menikmati makan malam, kecuali dua orang yang duduk saling berhadapan itu. Pandangan Myungsoo tak lepas dari Sooyeon, yang sibuk mengaduk-aduk sup tanpa ada keinginan untuk memakannya. Yonghwa yang menyadari tingkah aneh dongsaengnya itu hanya bisa menghela napas.
"Kenapa supnya cuma diaduk-aduk? Ayo dimakan.." bisik Yonghwa di telinga Sooyeon.
Sooyeon mengangkat kepalanya, menatap Yonghwa dan tersenyum sekilas. Setelah itu ia kembali menunduk, tapi kali ini ia menyuapkan sendok demi sendok sup ke dalam mulutnya. Yonghwa mendengar helaan napas Myungsoo yang duduk di depan dongsaengnya.
"Ada apa dengannya?" batin Yonghwa heran dengan tingkah Myungsoo.
Selesai makan malam, semua orang berpencar sibuk dengan urusan masing-masing. Yunho dan Kim Jae Hyun mengobrol di ruang keluarga. Tak lama kemudian nyonya Kim menyusul. Jinyoung dan Se Ra memutuskan untuk bercengkrama di ruang musik sambil bermain piano. Yonghwa ada jadwal manggung di sebuah kafe, lima menit yang lalu ia baru saja meninggalkan rumah. Karena bingung mau kemana, akhirnya Sooyeon memutuskan untuk bermain ayunan di halaman samping rumah, dekat ruang makan. Meskipun di luar sangat dingin, mengingat turun salju pagi tadi, namun Sooyeon tetap nekat bermain disana. Ia sudah mengenakan baju hangat dan juga penghangat telinga. Perlahan Sooyeon menggerakkan ayunan itu.
"Kenapa bermain ayunan? Diluar sangat dingin."
Suara yang sangat familiar di telinga Sooyeon membuat gadis itu berhenti berayun dan menengok ke belakang. Myungsoo berdiri di belakangnya, bersedekap sambil tersenyum menatap Sooyeon. Kesal, Sooyeon langsung berdiri dan hendak pergi meninggalkan Myungsoo. Tapi Myungsoo bergerak cepat. Ia menarik tangan Sooyeon hingga sekarang berdiri di depannya.
"Aku ingin bicara denganmu."
"Tidak ada yang perlu dibicarakan."
"Jebal, Sooyeon-ah.."
Sooyeon menatap Myungsoo penuh amarah. Sebenarnya ia sendiri tidak tahu mengapa ia bisa sebenci itu pada Myungsoo, namjachingunya sendiri. Well, namjachingu barunya.
"Aku kedinginan. Let me go."
Myungsoo langsung menarik tangan Sooyeon dan membawanya masuk ke dalam rumah. Myungsoo berhenti di teras belakang rumah. Sooyeon meronta-ronta karena tangannya mulai sakit akibat cengkeraman Myungsoo yang kuat. Perlahan, Myungsoo melonggarkan cengkeramannya di pergelangan tangan Sooyeon. Hanya melonggarkan, tidak benar-benar melepasnya.
"Mianhae, Sooyeon-ah.."
Sooyeon diam. Sama sekali tidak merespon permintaan maaf Myungsoo. Myungsoo menghela napas melihat sikap yeojachingunya itu.
"Myung oppa, benarkah kau dongsaeng Se Ra eonnie? Jebal, katakan kalau ini hanya mimpi."
Air mata Sooyeon mengalir keluar dari kelopak matanya. Pertahanannya runtuh. Rasa sakit yang sedari tadi ditahannya kini tak bisa lagi dibendung. Diam-diam ia berharap kalau semua ini hanyalah mimpi buruknya. Ia berharap siapapun itu, Jinyoung atau Yonghwa atau appanya, segera membangunkannya dari tidur yang terasa melelahkan ini.
"Mianhae, Sooyeon-ah.."
Hanya permintaan maaf yang keluar dari mulut Myungsoo. Sooyeon merasa ini adalah akhir baginya. Ia mengerti. Jika Myungsoo benar-benar dongsaeng Se Ra, seharusnya ia tidak menjalin hubungan dengan Myungsoo. Sooyeon meyakinkan dirinya sendiri, memantapkan hatinya, jalinan cinta diantara mereka harus segera diputus. Kalau Myungsoo tidak mau, ia sendiri yang akan memutuskannya. Ini adalah cinta terlarang. Ia tahu itu. Myungsoo juga tahu itu. Namun Myungsoo tidak mau kehilangan Sooyeon. Baginya, Sooyeon adalah hidupnya, jiwanya, nafasnya, semuanya. Ia merasa tidak bisa hidup tanpa ada Sooyeon di sisinya. Sooyeon benar-benar menjadi candu baginya.
"Ini tidak bisa, oppa. Aku mau berpisah. Kita akan menjadi saudara nantinya."
Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Sooyeon. Ia sendiri tidak menyangka bisa mengucapkan kata-kata yang terdengar menyakitkan di telinganya sendiri. Pikirannya sekarang blank. Ada rasa sesak di dadanya. Air matanya mengalir semakin deras. Myungsoo mencengkeram pundak Sooyeon. Tangan kanannya bergerak mengangkat dagu Sooyeon, memaksanya untuk menatap mata hitamnya yang tajam.
"Look at me, Sooyeon-ah. Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi? Katakan!"
Suara Myungsoo tidak lagi lirih. Tanpa sadar ia sudah berbicara keras pada Sooyeon. Untungnya tempat mereka berada sekarang jauh dari ruang tamu dan ruang musik. Sooyeon mundur selangkah karena kaget dengan suara keras Myungsoo. Myungsoo yang menyadari ketakutan di mata Sooyeon langsung menghampirinya dan memeluknya.
"Mianhae, aku tidak bermaksud membentakmu. Mianhae.."
Tubuh Sooyeon terasa kaku di dalam pelukan Myungsoo. Perasaannya campur aduk.
"Jebal, Sooyeon-ah...tetaplah di sisiku." pinta Myungsoo.
"Apa maksudmu?" tanya Sooyeon lirih.
"Jangan putuskan hubungan kita. Aku tahu ini terlarang, tapi aku benar-benar mencintaimu, Sooyeon-ah. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jebal.. I beg you.. Jebal.."
Sooyeon menunduk. Tidak tahu harus merespon apa. Tubuhnya terasa lemas. Myungsoo yang menyadari itu segera mendudukkan Sooyeon di kursi. Hati Sooyeon sakit mendengar kata-kata Myungsoo. Ia sendiri tahu, kalau ia tetap teguh dengan pendiriannya -tetap memutuskan hubungan apapun yang terjadi-, itu sama saja dengan membohongi dirinya sendiri. Jung Sooyeon mencintai Kim Myungsoo. Itu benar. Sooyeon tidak bisa tidak mengakui kalau ia mencintai Myungsoo. Ia sangat mencintainya. Tapi sekarang ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oppanya akan menikah dengan noona bahkan saudara kembar Myungsoo sendiri. Keluarga mereka akan bersatu. Apa kata orangtua mereka jika mengetahui hubungan Sooyeon dan Myungsoo. Cepat atau lambat hubungan Sooyeon dan Myungsoo harus berakhir. Mau tidak mau harus berakhir.
"Myung oppa, apa yang harus kulakukan?" tanya Sooyeon lirih.
"Tetaplah di sisiku. Apapun yang terjadi." Jawab Myungsoo mantap.
"Apakah oppa juga akan di sisiku? Aku tidak mau oppa meninggalkanku. Saranghae, Myung oppa." suara lirih Sooyeon menggerakkan Myungsoo. Ia memeluk Sooyeon erat. Sooyeon kembali terisak.
Keduanya sama-sama berharap, secepatnya terbangun dari mimpi buruk ini.
-----
"Ah, haus sekali."
Se Ra melangkah memasuki ruang makan, menghampiri kulkas dan meraih botol berisi jus jambu. Ia mengambil satu botol lagi untuk Jinyoung. Ketika hendak berbalik keluar ruang makan, matanya menangkap siluet seseorang. Ah tidak. Dua orang tepatnya. Penasaran, ia melangkah menuju teras belakang. Samar-samar ia mendengar percakapan dua orang itu.
"Jangan putuskan hubungan kita. Aku tahu ini terlarang, tapi aku benar-benar mencintaimu, Sooyeon-ah. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Jebal.. I beg you.. Jebal.."
Se Ra membelalakkan matanya selebar yang bisa dilakukan sepasang mata sipit nan tajam itu. Ia mengenali suara itu. Suara saudara kembarnya, Kim Myungsoo. Dan, saudara kembarnya itu sedang berbicara dengan Sooyeon, dongsaeng calon suaminya. Mereka kenal satu sama lain? Apa yang terjadi? Kenapa Myungsoo tidak memberitahuku? Pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di benak Se Ra membuatnya semakin pening.
"..saranghae, Sooyeon-ah.."
Se Ra melihat adegan itu dengan matanya sendiri. Adegan dimana Myungsoo memeluk Sooyeon dengan erat, seraya mengucapkan kata sakral itu. Se Ra menutup mulutnya menahan tangis. Dongsaengnya mencintai Sooyeon, entah kenapa sebersit perasaan benci muncul di sudut hatinya.
-----
Se Ra POV
Aku tak percaya ini. Apa yang baru saja kudengar, benar-benar tidak bisa dipercaya. Ini sudah keterlaluan. Myungsoo jatuh cinta pada gadis itu. Kalau sampai Jinyoung oppa tahu-
"Jagiya?"
Hampir saja aku menabrak tembok di depanku. Aish, apa-apaan kau ini, Kim Se Ra.
"Gwenchana?"
Jinyoung oppa berjalan menghampiriku. Ia menatapku cemas.
"Eh..oh? Ne."
Kenapa aku jadi gugup begini. Jinyoung oppa semakin mendekat. Kegugupanku bertambah. Astaga, ada apa denganku. Jinyoung oppa menanyakan sesuatu. Tapi aku terlalu sibuk dengan pikiranku sampai-sampai aku melupakan Jinyoung oppa.
Tidak, tentu saja tidak. Aku tidak mau kehilangan Jinyoung oppa. Aku sangat mencintainya. Jinyoung oppa juga mencintaiku. Tapi aku takut kalau hubungan Sooyeon-Myungsoo akan memutuskan cinta diantara kami. Jinyoung oppa sangat menyayangi Sooyeon. Tidak mungkin kan Jinyoung oppa merestui hubungan Sooyeon-Myungsoo. Mereka seharusnya tidak boleh saling mencintai. Mereka akan menjadi saudara nanti.
Hanya ada 2 pilihan. Pertama, aku dan Jinyoung oppa tetap akan menikah, tapi Sooyeon dan Myungsoo harus saling memutuskan cinta diantara mereka. Kedua, Sooyeon dan Myungsoo tetap berhubungan, tapi resikonya adalah pernikahanku dan Jinyoung oppa. Tidak! Pilihan yang kedua kejam sekali >
Itu artinya..pilihan pertama lebih baik. Mianhae, Sooyeon-ah. Aku tidak ingin hubunganku dengan Jinyoung oppa kandas begitu saja, hanya karena hubunganmu dengan dongsaengku, Myungsoo.
"Ada masalah apa?"
Suara Jinyoung oppa menyadarkanku kembali ke dunia nyata. Aku mengamati sekelilingku. Ternyata aku ada di ruang musik.
"Ahni, aku hanya berpikir, betapa cepat waktu berlalu. Aku masih ingat pertemuan pertama kita, sampai sekarang kita akan menikah." Cepat-cepat aku mengarang jawaban supaya ia tidak curiga. Kuharap aku terlihat normal saat mengucapkannya.
Jinyoung oppa menarikku duduk di sebelahnya menghadap piano. Ia tersenyum manis padaku. Ia mencium pipiku sekilas sebelum memusatkan perhatiannya pada tuts-tuts di depannya.
"Oppa, kau mencintaiku kan?" Tanyaku. Aku sendiri bingung kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Padahal jawabannya sudah jelas. Aku ingin memastikan sesuatu.
"Tentu saja aku mencintaimu. Kau meragukan cintaku?" Jinyoung oppa menurunkan tangannya dari tuts piano dan menangkup kedua pipiku.
"Ahni, oppa. Berjanjilah padaku satu hal oppa."
"Ne, apa itu?"
Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Berjanjilah, oppa akan selalu mencintaiku dan tidak pernah meninggalkanku."
"Ne, aku berjanji, Se Ra-ya." Ucap Jinyoung oppa tanpa ragu.
Aku merasa lega dengan jawaban Jinyoung oppa. Meskipun ada sedikit keraguan. Tapi aku berusaha sepenuhnya percaya pada namja disampingku ini.
Jinyoung oppa kembali menghadap piano dan memainkannya. Aku mengalihkan pandanganku pada jari-jari Jinyoung oppa yang menari di atas tuts piano. Pikiranku melayang-layang memikirkan semua kejadian yang kualami hari ini. Aku masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa Myungsoo dan Sooyeon...
Andwae!!
-----
Sooyeon POV
Keesokan harinya..
Seseorang menepuk pelan pundakku dan berbisik pelan di telingaku. Aku tidak peduli dengan apa yang orang itu katakan. Kutarik selimut sampai ke atas, menutupi seluruh tubuhku. Aku masih ingin tidur.
"..Sooyeon-ah.. Sooyeon-ah.."
Hajima!! Siapapun itu, jebal..aku hanya ingin tidur!
Samar-samar kudengar pintu kamarku dibuka dan langkah-langkah kaki mendekat ke arahku. Aku berusaha mengabaikannya dan kembali tidur. Tapi rasa penasaran mengalahkanku. Siapa itu?
"Sooyeonnie...mianhae, sweety. Tapi kau harus bangun sekarang."
Appa.
Dengan malas kubuka selimut yang menutupi kepalaku. Kulihat appa dan Yonghwa oppa berdiri di sisi tempat tidurku. Aku mengerang pelan, bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku turun menuju ruang makan. Sebenarnya aku sedikit pusing sekarang ini, tapi aku berusaha mengabaikannya karena kupikir rasa sakit itu akan hilang jika aku tidak memikirkannya. Kulihat appa sedang sibuk menelepon sambil minum kopi paginya. Yonghwa oppa berdiri membelakangiku. Sepertinya ia sedang sibuk mengolesi roti. Aku bisa mencium harumnya roti bakar selai strawberry favoritku.
"Morning, Yongie oppa." Aku duduk di depannya.
"Morning, Sooyeonnie. Here is your breakfast." kata Yonghwa oppa seraya mendorong sepiring roti bakar ke arahku.
"Thank you, oppa." Aku terkikik geli mendengarnya berkata menggunakan bahasa inggris.
"Anytime."
Aku meraih sepotong roti dan memakannya. Appa masih sibuk dengan teleponnya. Sepertinya penting. Appa bahkan tidak melirikku atau menyapaku. Sepertinya menyadari kehadiranku saja tidak.
Aku menyadari ada yang kurang. Ah iya, Jinyoung oppa. Aku belum melihatnya pagi ini.
"Yongie oppa, Jinyoungie oppa eodiseo?" Tanyaku.
"Oh, dia pergi ke Incheon," jawab Yonghwa oppa.
Jinyoung oppa ke Incheon?
"Kenapa pergi ke Incheon?"
Yonghwa oppa berhenti sebentar mengoles roti dan menatapku. Aku bisa melihat raut muka bingung bercampur heran dari wajahnya.
"Kau tidak tahu?"
Aku hanya mengangkat alisku, menunggu penjelasannya.
"Donghae hyung tiba di Seoul hari ini," Yonghwa oppa kembali mengoles roti. "Kupikir kau sudah tau kabar itu."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang kedatangan Donghae oppa. Ah ya, ada urusan apa Donghae oppa ke Korea?"
Kulihat appa sudah selesai dengan urusan teleponnya. Appa menatapku, ekspresinya sedih, meskipun ia berusaha menutupinya dengan senyumannya.
"Donghae yang akan merawatmu di Seoul. Well, sebenarnya dia bekerja sama dengan dokter Kim Taeyeon."
Aku menghela napas kesal mendengar perkataan appa. Apa-apaan ini? Aku baik-baik saja, kenapa Donghae oppa sampai ke Seoul hanya untuk merawatku? Apalagi ditambah kenyataan bahwa dokter Kim juga membantu Donghae oppa. Seriously? Ini berlebihan! Aku tidak mau mengganggu pekerjaan Donghae oppa di New York.
"Sudahlah, ini demi kesehatanmu," kata Yonghwa oppa.
"Lagipula Donghae sendiri yang minta." kata appa menambahkan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Donghae oppa perhatian sekali padaku. Sungguh beruntung Jessica eonnie mempunyai namjachingu seperti Donghae oppa.
Yonghwa oppa menaruh sepiring roti yang sudah diolesi selai stroberi ke hadapanku. Aku mengucapkan terima kasih dan mulai makan. Beberapa menit kemudian Yonghwa oppa menaruh segelas susu ke hadapanku.
"Aku harus ke studio sekarang. Kau harus istirahat di rumah. Tunggu Jinyoung dan Donghae hyung pulang. Arasseo?" Yonghwa oppa mencium keningku, kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.
Saat ini aku sedang sibuk memikirkan Myungsoo oppa. Apa yang dipikirkannya sekarang? Apa dia juga merindukanku? Dan pertanyaan yang paling menggangguku adalah: apa dia benar-benar masih mencintaiku?
Aku tahu, situasi seperti ini menempatkan cinta kami di status 'terlarang'. Bagaimanapun juga, aku masih mencintainya. Aku mencintai Myungsoo oppa. Dan aku baru menyadarinya sekarang. Kenapa tidak dari dulu aku menyadari bahwa hidupku terasa hampa tanpanya? Benar. Hidupku sekarang terasa hambar. Dulu, setiap pagi aku terbangun oleh dering ponsel. Myungsoo oppa selalu meneleponku tiap pagi, meskipun apartemennya tepat disebelahku, dan mengingatkanku kalau ada kuliah hari itu. Dan juga memintaku untuk memasak sarapan.
Sekarang, tidak ada dering ponsel di pagi hari. Tidak ada rengekan "Aku lapar, bisakah kau membuatkanku sesuatu?"
Jangankan dering ponsel, lampu notifikasi tanda sms saja tidak pernah menyala selama 2 hari ini. Aku bahkan ragu apakah Myungsoo oppa akan memberikan ucapan Selamat Natal padaku besok. Meskipun sebagian hatiku kesal, tapi cintaku padanya tetap mengisi sebagian besar hatiku. Aku tetap mencintaimu, Myungsoo oppa. Kau tahu itu?
-----
Myungsoo POV
Aku baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut menggunakan handuk, ketika Se Ra masuk ke kamarku dan langsung berdiri di hadapanku dengan ekspresi tegang di wajahnya. Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa dengannya?
"Myungsoo, aku ingin bicara denganmu," katanya langsung.
Aku hanya mengangguk dan menyuruhnya duduk di ranjangku sementara aku menarik kursi dari meja komputer dan duduk berhadapan dengannya.
"Langsung saja, aku tidak mau bertele-tele," kataku.
Se Ra mengambil nafas panjang dan mulai bertanya, "Ada hubungan apa kau dengannya?"
Merasa tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan, aku hanya diam dan mengerutkan dahiku bingung.
"Apa maksudmu?"
Se Ra mengalihkan pandangannya ke balkon dan tertawa sinis. Ia kembali menatapku dengan tajam.
"Ada hubungan apa kau dengan Jung Soo Yeon?!" teriak Se Ra.
Aku kaget mendengarnya berteriak di pagi hari yang paling cerah di musim dingin ini. Untuk kesekian kalinya aku bertanya dalam hati, ADA APA DENGANNYA?
"Se Ra-ya.."
PLAK!!
Mwoya?! Sekarang dia menamparku? Jinja, apa yang terjadi??!!
Aku memegang pipi kananku yang berdenyut-denyut karena tamparannya. Kali ini aku memandang lekat-lekat Se Ra yang kini berdiri di depanku sambil mengepalkan tangannya menahan amarah. Wajahnya sudah memerah. Nafasnya tidak teratur. Matanya melotot padaku. Aku sudah sering melihatnya marah, tapi tidak separah ini. Oh God...
"WAE?! KENAPA KAU MENAMPARKU?!" aku sudah tidak tahan lagi, Si Gunung Es Kim Myungsoo akhirnya meletus.
"KARENA KAU MERUSAK SEGALANYA! Seharusnya aku tidak menyuruhmu pulang... Seharusnya..." pertahanan Se Ra mulai roboh dan perlahan tubuhnya merosot ke lantai. Air mata mengalir deras dari matanya.
Aku hanya diam. Begitu banyak pertanyaan dan jawaban untuk Se Ra. Saking banyaknya sampai-sampai aku tidak bisa berkata...
"Mianhae, noona.."
Ini pertama kalinya aku mengucapkan kata maaf dengan penuh rasa bersalah. Aku mengerti apa yang ia bicarakan. Aku mengerti bagaimana perasaannya. Aku mengerti betapa sakit hatinya. Aku mengerti dan menyadari apa yang telah kuperbuat.
Aku telah menghancurkan cinta saudari kembarku sendiri..
Aku telah mencintai Jung Soo Yeon, sebuah kesalahan besar..
Dan..
Aku tidak mampu menghentikan rasa cinta ini..
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menyesal telah dilahirkan dan menyandang marga Kim..
-----
Author POV
"Hyung!"
Jinyoung menghampiri Donghae yang baru keluar dari pintu kedatangan di bandara Incheon. Donghae tersenyum dan melambaikan tangannya. Dua orang yeoja berjalan menghampiri Donghae dan Jinyoung yang sedang berpelukan melepas rindu. Jinyoung menyadari kehadiran kedua sepupunya itu. Ia melepas pelukan Donghae dan menyapa kedua sepupunya.
"Jess and Krys. Long time no see.." Jinyoung memeluk Jessica dan Krystal bergantian.
"Ne, oraemanieyo, Jinyoung-ah."
"Jinyoungie oppa jal jinaesseoyo?"
"Jal jinaeyo, Krys."
"Good to heard that.." ucap Krystal sambil tersenyum.
Mereka keluar dari bandara dan melanjutkan pembicaraan dua bahasa mereka di mobil.
"Ah..aku kangen paman Changmin.." gumam Krystal.
Jinyoung tersenyum, "Kau bisa bertemu dengannya malam nanti di acara dinner keluarga."
"Apa aku boleh ikut?" Donghae menunjuk dirinya sendiri.
"Tentu saja! Hyung kan bagian dari keluarga kami.." Jinyoung berkata sambil melirik Jessica.
Satu jam kemudian, mobil Jinyoung berhenti di halaman rumah keluarga Jung. Jessica dan Krystal segera turun dan membawa koper mereka yang kecil. Sedangkan Donghae dan Jinyoung dibantu seorang pelayan menurunkan koper-koper besar mereka dan membawanya kedalam rumah.
"Jessie, Krystal.. My dear nieces.." Yunho yang sedang membaca koran di ruang tamu segera berdiri menyambut Jessica dan Krystal. Kakak beradik itu memeluk Yunho bersamaan. Yunho tertawa bahagia menerima pelukan kedua keponakannya.
"Hi, uncle. How are you?"
"Very well, Jessica."
Donghae dan Jinyoung memasuki ruangan. Yunho mengalihkan pandangannya pada namja tampan yang berdiri di samping putranya. Donghae membungkuk hormat sambil tersenyum ramah saat Yunho menghampirinya.
"Kalau kau lelah, kau bisa beristirahat di kamar tamu. Jinyoung akan menunjukkan tempatnya. Feel free like your home," kata Yunho sambil melirik Jinyoung yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih, Paman."
"Uncle, where is Soo Yeon?" tanya Jessica.
"She's in her room."
Karena takut mengganggu istirahat Soo Yeon, Jessica membatalkan niatnya untuk ke kamar Soo Yeon. Ia dan Krystal pergi ke taman setelah mandi dan berganti baju. Tak lama kemudian, Yunho ikut mengobrol bersama keponakannya di taman.
Sementara itu di kamar Soo Yeon..
Donghae membuka pintu kamar Soo Yeon dengan pelan, kemudian melangkah masuk. Soo Yeon tidak ada di kamarnya. Tapi kemudian ia menyadari pintu balkon terbuka. Donghae melangkahkan kakinya ke arah balkon. Sampai disana, ia melihat seorang yeoja sedang duduk di kursi membelakanginya. Setelah didekati, ternyata yeoja itu adalah Soo Yeon. Donghae tersentak kaget saat melihat betapa pucat wajah Soo Yeon. Donghae belum pernah melihat wajah Soo Yeon sepucat itu. Mata yeoja itu terlihat sedikit terbuka. Donghae tahu, itu adalah kebiasaan Soo Yeon jika sedang tidur.
"Soo Yeon-ah.." perlahan Donghae menepuk pipi Soo Yeon. Ia terkejut ketika merasakan pipinya dingin. Langit mendung seperti biasa. Dan salju masih menyelimuti jalanan, juga di sudut balkon. Donghae bertanya dalam hati, berapa lama Soo Yeon berada disana. Tidakkah ia kedinginan?
Mata Soo Yeon perlahan membuka, saat itu juga ia menyadari bahwa tubuhnya menggigil kedinginan. Ia tidak memakai jaket maupun topi hangat. Ia hanya memakai kaos panjang tipis berlapis kardigan dan celana training favoritnya. Senyum di bibirnya merekah kala melihat Donghae yang tersenyum padanya.
"Oppa...kapan-"
"Baru saja tiba." jawab Donghae cepat. Ia meraih tangan Soo Yeon dan menariknya kedalam kamar. Ia mengunci pintu balkon agar angin dingin tidak masuk ke kamar.
"Diluar sangat dingin, kenapa kau ada di balkon? Bagaimana kalau-"
"Mianhae oppa. Aku tadi hanya duduk sebentar di balkon, tapi akhirnya malah tertidur. Aku lelah sekali." Soo Yeon langsung menyela. Raut muka Donghae berubah menjadi menakutkan, Soo Yeon menundukkan kepalanya.
Soo Yeon duduk di tepian ranjang dan mengajak Donghae untuk duduk disebelahnya.
"Jadi..kudengar oppa yang akan merawatku." Soo Yeon membuka pembicaraan.
"Ne."
"Memangnya aku ini sakit apa?"
Donghae terdiam mendengar pertanyaan Soo Yeon. Andaikan ia punya sedikit keberanian untuk menjawab...
"Aku sendiri belum tahu. Secepatnya kau akan menjalani pemeriksaan. Oh ya, aku dan Dr. Kim sudah sepakat, lusa kau akan menjalani pemeriksaan."
Kini ganti Soo Yeon yang terdiam. Memikirkan penyakit apa yang dideritanya membuatnya malah semakin pusing.
"Kau mau bertemu Jessica dan Krystal? Mereka ada di taman, kurasa. Entah apa yang mereka lakukan di taman di cuaca yang dingin seperti sekarang ini." Donghae berdiri dari duduknya dan merapikan sedikit rambutnya di depan cermin.
"Ahni, oppa. Aku lelah. Aku ingin tidur. Nanti saja kalau makan siang, aku akan mengobrol dengan mereka." Soo Yeon naik ke ranjangnya dan berbaring disana.
Donghae hanya mengangguk sambil mengamati bayangan Soo Yeon dari cermin.
"Arasseo."
Setelah mendengar pintunya ditutup, Soo Yeon segera menutup matanya dan tertidur.
-----
Donghae berjalan menuruni tangga dengan kepala penuh pertanyaan-pertanyaan. Ia bahkan tidak sadar Jessica sedang mengamatinya dari sofa ruang keluarga.
"Oppa!"
Teriakan pertama Jessica gagal. Teriakan kedua juga. Akhirnya teriakan yang ketiga berhasil menyelamatkan Donghae dari resiko-terjatuh-di-tangga-akibat-melamun.
"Wae?" Donghae heran melihat yeojachingunya yang menatapnya galak. Salah apa dia?
"Oppa, wae geurae? Kenapa wajahmu murung begitu?" tanya Jessica.
Donghae melangkah ke arah tembok disamping tangga. Ia penasaran dengan foto-foto yang dipajang disana. Ia tidak menjawab pertanyaan Jessica.
"Itu foto keluarga kami," kata Jessica seakan tahu apa yang dipikirkan namjachingunya. Ia berjalan menghampiri dan berhenti di sampingnya.
Tangan Donghae menunjuk ke sebuah foto yang paling besar yang dipajang di tengah.
"Aunt Hae Ra and Soo Yeonnie.." gumam Jessica lirih, tapi masih bisa didengar oleh Donghae.
"Bisa kau ceritakan..?" pinta Donghae, berhati-hati dengan perkataannya agar tak menyakiti Jessica.
"Bibi Hae Ra, ibu Soo Yeon. Dia meninggal saat Soo Yeon masih berumur 2 tahun."
Mereka terdiam.
"Kenapa..?"
Jessica mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar. Namun gagal...
"Kanker.."
-----
~TBC~
© 2013 Safira Alhana
Waahhh finally selesai juga part 6! Penuh perjuangan banget nyelesain part ini. Mianhae telat banget postingnya. Sibuk banget karena mau ujian praktek, trus nggak sengaja aplikasi buat nulis fanfic ini di HP ke uninstall, jadinya ya nulis ulang deh, padahal udah slesai sampai part 7 loohh... *nangis dipojokan*
Jangan lupa komentar ya, gomawo yang udah baca ^^
©Safira Alhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comment here! Thanks :)
-Safira Alhana-